Aplikasi Online Untuk Mencari Wuku , Lebih Mudah , Cepat dan Lengkap Beserta Artinya. -->

Aplikasi Online Untuk Mencari Wuku , Lebih Mudah , Cepat dan Lengkap Beserta Artinya.

Aplikasi Online Untuk Mencari Wuku

Wuku menurut keterangan dari wikipedia adalah bagian dari suatu siklus dalam penanggalan Jawa dan Bali yang berumur tujuh hari (satu pekan). Siklus wuku berumur 30 pekan (210 hari), dan masing-masing wuku memiliki nama tersendiri.

Wuku adalah bagian dari suatu siklus dalam penanggalan Jawa dan Bali yang berumur tujuh hari (satu pekan). Siklus wuku berumur 30 pekan (210 hari), dan masing-masing wuku memiliki nama tersendiri. Perhitungan wuku (bahasa Jawa: pawukon) masih digunakan di Bali dan Jawa, terutama untuk menentukan "hari baik" dan "hari buruk" serta terkait dengan weton.

Ide dasar perhitungan menurut wuku adalah bertemunya dua hari dalam sistem pancawara (pasaran) dan saptawara (pekan) menjadi satu. Sistem pancawara atau pasaran terdiri dari lima hari, sedangkan sistem saptawara terdiri dari tujuh hari.

Dalam satu wuku, pertemuan antara hari pasaran dan hari pekan sudah pasti, misalkan hari Sabtu Pon terjadi dalam wuku Wugu. Menurut kepercayaan tradisional orang Bali dan Jawa, semua hari-hari ini memiliki makna khusus.

Nah pada kesempatan kali ini kami menyediakan Aplikasi untuk mencari Wuku secara Online, hanya cukup memasukkan tanggal, bulan dan tahun. Kemudian klik LIHAT, maka secara otomatis akan menampilkan wuku secara detail.

Aplikasi Wuku Online

Untuk melihat kalender Jawa lengkap disertai wuku, neptu dan lain lain bisa kamu lihat link bawah ini:

Cara Menggunakan Aplikasi Wuku Online

  • Silahkan Bukan laman Aplikasi Wuku Online
  • Pilih tanggal, bulan dan tahun
  • Lalu klik LIHAT
  • Maka Aplikasi wuku online akan menampilkan wuku dihari yang dipilih secara detail dan lengkap.

Daftar 30 Wuku

Tercatat ada tiga puluh wuku dalam budaya Jawa. Di bawah ini kami tuliskan nama-nama wuku era Jawa Kuno, sedangkan yang berada di dalam kurung adalah penyebutan dalam bahasa Jawa Baru:
    1. Sinta (Sinta)
    2. Landĕp (Landĕp)
    3. Wukir (Wukir)
    4. Kurantil (Kurantil)
    5. Tolu (Tolu)
    6. Gumbrĕg (Gumbrĕg)
    7. Wariganing Wariga (Warigalit)
    8. Warigadyan (Warigagung)
    9. Julungwangi (Julungwangi)
    10. Sungsang (Sungsang)
    11. Dungulan (Galungan)
    12. Kuningan (Kuningan)
    13. Langkir (Langkir)
    14. Maḍasiha (Maṇḍasiya)
    15. Julungpujut (Julungpujut)
    16. Pahang (Pahang)
    17. Kuruwĕlut (Kuruwĕlut)
    18. Marakih (Marakeh)
    19. Tambir (Tambir)
    20. Maḍangkungan (Mĕḍangkungan)
    21. Mahatal (Maktal)
    22. Wuyai (Wuye)
    23. Manahil (Manahil)
    24. Prangbakat (Prangbakat)
    25. Bala (Bala)
    26. Wugu (Wugu)
    27. Wayang (Wayang)
    28. Kulawu (Kulawu)
    29. Ḍukut (Ḍukut)
    30. Watugunung (Watugunung)

Yang menjadi pertanyaan, mengapa para leluhur menciptakan nama-nama wuku berjumlah tiga puluh saja? Mengapa bukan empat puluh atau lima puluh atau seratus?

Seperti yang ditulis di Halaman Facebook Belajar Bahasa Jawa Kuno, Selama ini jawaban yang saya peroleh untuk pertanyaan tersebut selalu dihubungkan dengan kisah legenda.

Misalnya, dalam naskah Babad Tanah Jawi disebutkan bahwa wuku Watugunung (wuku terakhir) berasal dari nama Prabu Watugunung raja Mĕḍang Kamulan, sedangkan wuku Sinta dan Landĕp berasal dari nama kedua istrinya. Adapun ke-27 wuku lainnya berasal dari nama anak-anak mereka.

Lain lagi dengan naskah Sĕrat Pustakaraja Purwa yang menyebut ke-27 wuku tersebut adalah nama adik-adik Prabu Watugunung lain ibu. Tidak hanya di Jawa, sistem wuku juga digunakan di Bali, bahkan bisa dikatakan lebih mengakar kuat. Menurut versi Bali dalam rontal Mĕḍangkĕmolan, wuku Watugunung berasal dari nama seorang raja sakti, yaitu I Watugunung, sedangkan Sinta dan Landĕp berasal dari nama kedua istrinya. Adapun ke-27 wuku lainnya berasal dari nama para raja yang ia kalahkan.

Terus terang, jawaban berdasarkan kisah legenda justru melahirkan pertanyaan baru. Benarkah Prabu Watugunung memiliki 27 orang anak? Mana pula versi yang benar, apakah anak, ataukah adik, ataukah raja-raja taklukan? Atau jangan-jangan sebaliknya, nama-nama wuku sudah lebih dulu ada, barulah dibuatkan dongeng asal-usulnya?

Ternyata setelah mempelajari beberapa prasasti era Jawa Kuno, saya menemukan jawaban bahwa jumlah wuku ada tiga puluh berasal dari perhitungan matematika. Tiga puluh adalah “kelipatan persekutuan terkecil” dari lima dan enam. Lalu, lima dan enam asalnya dari mana?

Di atas telah saya sebutkan bahwa sistem hari tujuh (saptawāra) berasal dari budaya India. Akan tetapi, leluhur kita juga memiliki sistem hari lima (pañcawāra) dan hari enam (ṣadwāra) yang tidak dikenal di India, karena asli buatan Jawa.

Berikut adalah nama-nama hari lima dalam tradisi Jawa Kuno, disertai nama-nama Jawa Baru dalam tanda kurung :

    1. Umanis (Lĕgi)
    2. Pahing (Pahing)
    3. Pon (Pon)
    4. Wagai (Wage)
    5. Kaliwuan (Kliwon)

Selanjutnya, nama-nama hari enam dalam tradisi Jawa Kuno sebagai berikut, disertai nama-nama Jawa Baru dalam tanda kurung:

    1. Tunglai (Tungle)
    2. Hariyang (Aryang)
    3. Wurukung (Wurukung)
    4. Paniruan (Paningron)
    5. Wās (Uwas)
    6. Mawulu (Mawulu)

Jadi, sistem hari tujuh dari India dikombinasikan oleh para leluhur dengan sistem hari enam dan hari lima yang asli buatan Jawa. Misalnya, dalam prasasti Mūla-Malurung tahun 1255 tertulis “ma, u, bu, wāra, julung”, merupakan singkatan dari ṣadwāra Mawulu, pañcawāra Umanis, saptawāra Budha, dan wuku Julungwangi.

Contoh lainnya, prasasti Sukāmṛta tahun 1296 tertulis “tung, ka, śa, wāra, kuningan”, merupakan singkatan dari ṣadwāra Tunglai, pañcawāra Kaliwuan, saptawāra Śanaiścara, dan wuku Kuningan.

Kombinasi hari enam-lima-tujuh bersifat siklus. Hari pertama wuku Sinta adalah Tunglai-Pahing-Āditya; hari kedua adalah Hariyang-Pon-Soma; hari ketiga adalah Wurukung-Wagai-Anggāra; hari keempat adalah Paniruan-Kaliwuan-Budha; hari kelima adalah Wās-Umanis-Wṛhaspati; hari keenam adalah Mawulu-Pahing-Śukra; dan hari ketujuh adalah Tunglai-Pon-Śanaiścara.

Kemudian masuk ke dalam wuku Landĕp yang diawali Hariyang-Wagai-Āditya; demikianlah seterusnya hingga wuku ketiga puluh yaitu Watugunung, yang diawali Mawulu-Kaliwuan-Āditya, dan berakhir pada Mawulu-Umanis-Śanaiścara. Hari selanjutnya akan kembali pada kombinasi Tunglai-Pahing-Āditya lagi, yaitu memasuki wuku Sinta.

Itulah sebabnya, mengapa jumlah wuku hanya ada tiga puluh, karena setelah wuku ketiga puluh berakhir, maka kombinasi hari enam-lima-tujuh akan kembali lagi seperti pada wuku pertama. Jadi, saya ulangi lagi, sistem hari tujuh yang asalnya dari India dikombinasikan dengan hari enam dan hari lima yang merupakan asli ciptaan Jawa, lalu dibuatkan nama-nama wuku-nya. Karena “kelipatan persekutuan terkecil” dari 6 dan 5 adalah 30, maka disusunlah nama-nama wuku sebanyak tiga puluh jenis.

Pada era Jawa Baru, sistem hari tujuh tidak lagi menggunakan nama-nama Sanskerta, melainkan menggunakan serapan bahasa Arab, yaitu Ngahad, Sĕnen, Sĕlasa, Rĕbo, Kĕmis, Jĕmuwah, dan Sĕtu. Nama-nama tersebut dikombinasikan dengan sistem hari lima yang lazim disebut “pasaran”. Contoh penyebutan kombinasinya ialah Ngahad Kliwon, Sĕnen Lĕgi, Sĕlasa Pahing, Rĕbo Pon, dan seterusnya. Apabila kombinasi hari tujuh (dina) dan hari lima (pasaran) melewati 35 hari, maka disebut dengan istilah “sĕlapan”. Misalnya, Kĕmis Wage saat ini hingga Kĕmis Wage berikutnya disebut “sĕlapan dina”.

Sementara itu, sistem hari enam pada era Jawa Baru lazim disebut “paringkĕlan”. Akan Tetapi, sistem ini sangat jarang digunakan, bahkan cenderung dilupakan. Karena sistem hari enam tidak lagi dipakai, maka pertanyaan “mengapa nama-nama wuku berjumlah tiga puluh” akan sulit dijawab oleh orang Jawa zaman sekarang.

Tentunya sayang sekali apabila kita sampai terputus dengan tradisi leluhur. Oleh sebab itu, di bawah ini saya sajikan tabel kombinasi nama-nama hari pertama dalam tiap wuku. Sengaja saya gunakan istilah “Minggu” agar lebih mudah dipahami oleh para pembaca modern. Misalnya, wuku Sinta dimulai pada hari Minggu-Pahing-Tungle; wuku Landĕp dimulai pada hari Minggu-Wage-Aryang; wuku Wukir dimulai pada hari Minggu-Lĕgi-Wurukung; dan seterusnya.

Itulah tadi Aplikasi online untuk mencari wuku jawa dan artikel dari berbagai sumber. Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita semua.

Terima kasih

Anda mungkin menyukai postingan ini

Dapatkan Update dari CITOGOK di Google News Dengan klik LINK/GAMBAR DIBAWAH INI dan jangan lupa follow
Image
  1. Untuk menyisipkan sebuah kode gunakan <i rel="pre">code_here</i>
  2. Untuk menyisipkan sebuah quote gunakan <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image">url_image_here</i>

DMCA.com Protection Status

Page Load Time...

Nih buat jajan